Kamis, 26 Februari 2009

Mana yang Benar, Rakyat Bertambah Susah atau Rakyat Tambah Sejahtera?


Masa kampanye di negeri ini membuat rakyat seakan dihadapkan pada dualisme gambaran kondisi tingkat keberhasilan pembangunan saat sekarang yang diteriakkan oleh partai-partai politik peserta pemilu. Bagi partai yang terlibat dalam masa pemerintahan sekarang tentu saja mengklaim bahwa pemerintah sekarang telah berhasil meningkatkan kesejahteraan rakyat. Sebaliknya bagi partai-partai yang ingin menduduki pemerintahan mendatang menilai bahwa pada saat ini kehidupan rakyat semakin susah. Perdebatan antar partai-partai tersebut jika ditinjau secara substansi program kerja yang ditawarkan dapat dikatakan sebagai sesuatu yang klise dan usang, karena dari periode pemilu ke periode berikutnya selalu terjadi kondisi yang sama tanpa ada sesuatu yang berubah bahkan tokoh-tokoh yang ikut bermain di ajang pemilu juga relative sama.

Kamis, 29 Januari 2009

Harga BBM …. Diturunkan … Diturunkan … Diturunkan


Judul tulisan ini sebagian dikutip dari sebuah iklan kampanye partai politik yang akhir-akhir ini sering muncul di media televisi. Penayangan iklan kampanye tersebut tentu saja memunculkan berbagai macam tanggapan antara pro dan kontra dari berbagai kalangan. Kalangan yang pro berpendapat bahwa kebijakan penurunan harga BBM itu merupakan salah satu bentuk kepedulian pemimpin negeri terhadap rakyatnya, sedangkan kalangan yang kontra berpendapat bahwa kebijakan tersebut salah satu bentuk ”manuver” politik pemimpin negeri ini untuk meraih simpati rakyat agar dapat terpilih kembali pada periode berikutnya.

Dalam kerangka demokrasi, pro dan kontranya sebuah pendapat terhadap sebuah kebijakan merupakan hal yang sah. Tapi jika masing-masing pendapat tersebut memiliki muatan politis demi kepentingan sebuah golongan, maka pendapat-pendapat tersebut dapat dikatakan sebagai ”manuver” politis yang membohongi rakyat.

Senin, 19 Januari 2009

Memilih Politikus “Dalam Karung”


Menjelang pemilu yang tinggal beberapa saat lagi, di negeri ini banyak sekali bermunculan politikus baru yang mendeklarasikan dirinya sebagai ”pembela rakyat”. Ibarat sebuah panggung opera, negeri ini sedang mempersiapkan sebuah episode yang berjudul pesta demokrasi. Banyak pihak yang saling berebut untuk mendapatkan peran sebagai “pendekar-pendekar rakyat” agar mereka mendapatkan simpati dari para “penonton” opera tersebut.

Pesta demokrasi memang seakan memiliki daya tarik tersendiri bagi para politikus untuk mendeklarasikan dirinya sebagai “pejuang rakyat”. Kenyataan ini memang tidak dapat dipungkiri, karena berdasarkan konstitusi rakyatlah sebagai pemegang kedaulatan tertinggi di negeri ini. Rakyat memang pemilik negeri ini dan untuk mengelolanya, konstitusi telah mensyaratkan adanya wakil-wakil rakyat.

Selasa, 13 Januari 2009

Politikus Di Negeri Ini Mendadak Ingin Jadi Selebriti


Secara sederhana selebriti dapat diartikan public figure atau sebagai sosok yang dikenal oleh masyarakat luas karena kelebihan yang dimiliki oleh sosok tersebut. Masa kampanye di negeri ini ternyata juga memiliki daya magnet bagi para politikus untuk menjadi seorang selebriti sehingga sosok mereka lebih dikenal oleh masyarakat. Berbagai macam cara ditempuh untuk mewujudkan keinginan tersebut.

Fenomena tersebut di atas ternyata semakin hari semakin semarak di negeri ini, apalagi setelah ada keputusan bahwa anggota parlemen ditentukan oleh jumlah suara terbanyak bukan nomor urut. Hal inilah yang membuat para politikus menempuh berbagai macam cara untuk dapat memperoleh suara sebanyak-banyaknya yaitu dengan cara memperkenalkan profil mereka dan menarik simpati masyarakat agar dapat menjadi anggota parlemen di negeri ini.

Senin, 12 Januari 2009

Politik “Hitung Dagang”


.... jika politik sudah dianggap sebagai sebuah hitung dagang maka tidak akan mungkin pihak-pihak yang terlibat didalamnya akan memperhatikan nasib rakyatnya, karena yang terpikirkan pertama kali adalah bagaimana cara mengembalikan dan memperoleh keuntungan dari modal yang telah dikeluarkannya tersebut.

Kalimat tersebut di atas barangkali patut untuk direnungkan bersama, negeri ini yang sedang berada dalam euphoria kampanye pemilu sebenarnya telah lama terperangkap dalam kondisi politik “hitung dagang” dan sepertinya kondisi tersebut telah memberikan tingkat keuntungan yang lumayan, sehingga banyak pihak yang tertarik untuk ikut dalam bisnis politik tersebut. Banyak sekali partai di negeri ini bermunculan dan hampir semuanya meneriakkan visi dan misi yang klise untuk didengar.

Jumat, 09 Januari 2009

Kampanye Politik “Bertumbal” Rakyat


Masa menjelang Pemilu di negerikoe adalah saat-saat yang “membahagiakan” sekaligus menyedihkan bagi rakyat. Kondisi tersebut seperti pisau bermata dua yang tidak memiliki pilihan yang mengenakkan bagi rakyat di negeri ini. “Membahagiakan”, karena pada masa tersebut rakyat adalah seperti “anak emas” yang diperebutkan dan dimanjakan oleh semua partai politik di negeri ini dengan janji-janji manisnya. Menyedihkan, karena pada masa tersebut rakyat selalu dijadikan “tumbal” oleh partai-partai politik untuk melampiaskan “syahwat” duniawinya.

Pengertian dasar dari tumbal itu sendiri adalah sesuatu (yang memiliki jiwa) yang dikorbankan secara rutin berdasarkan periode waktu tertentu untuk meraih sebuah “kemenangan”. Di negerikoe tumbal para partai politik pada saat menjelang Pemilu itu “bernama” rakyat. Para politikus di negeri ini sepertinya tidak memperdulikan berapa banyak uang yang dikeluarkan agar dapat “menjerat” rakyat untuk dijadikan tumbalnya, karena dengan tumbal tersebut mereka sangat meyakini dapat memperoleh kekayaan, kekuasaan, kejayaan yang berlipat ganda nantinya.

Ketika Celoteh Itu Sekian Lama Menghilang ……

....entah kenapa celoteh anak negeri itu tiba-tiba saja bisa menghilang
menghilanglah karena memang benar sang celoteh telah menghilang
menghilang dalam batas tepi riuhnya nada-nada sumbang si pendurjana jelata
menghilang saat celoteh itu telah mulai merajut untaian kata bagi sang jelata
ataukah sang celoteh telah berada dalam ayunan pendulum antara ada dan tiada
mungkinkah sang celoteh merasakan kebisingan acapela janji kepada jelata yang dinyanyikan oleh para pembual
celoteh itu memang sudah sekian lama menghilang
....entah kenapa celoteh anak negeri itu tiba-tiba saja bisa menghilang