Selasa, 29 April 2008

Manajemen dengan Sentuhan Humaniora - 2

Konsep humanisme dalam suatu perusahaan sebagai suatu organisasi dapat dianalogikan sebagai berikut : andaikan semua unsur perusahaan dari berbagai hirarki struktural fungsional berkumpul bersama dalam suatu ruangan, kemudian semua melepaskan seragam dan atribut-atribut fungsional mereka maka akan terlihat suatu pemandangan sekumpulan manusia yang mempunyai kesamaan sifat dasar manusia yang sesungguhnya. Sifat-sifat dasar itulah yang kadang sering terlupakan dalam menjalankan suatu perusahaan. Rasa marah, kecewa, ingin dihargai dan dihormati, rasa ingin tahu, benci, frustasi, putus asa, gembira dan sedih serta sifat-sifat dasar lainnya selalu ada pada diri manusia. Manusia bukanlah robot dan mesin atau seperangkat komputer yang selalu setia dalam menjalankan perintah dan selalu siap untuk diisi program kerja tanpa pernah berkeluh kesah. Seperangkat teknologi lebih mudah dikendalikan dan dikontrol, sedangkan manusia dengan sifat-sifat dasarnya hanya dapat dikendalikan dan dikontrol oleh dirinya sendiri dengan dukungan dan perhatian dari lingkungan di sekitarnya. Produktifitas manusia dapat bersifat naik turun tergantung sejauh mana sentuhan humaniora tersebut diterapkan.


Suatu manajemen yang mengacu pada hasil tanpa memperhatikan prinsip humanisme akan mengakibatkan pengeksploitasian manusia semata yang melahirkan ‘robot-robot bernyawa’ yang dipacu untuk menghasilkan produk semaksimal mungkin. Nilai-nilai antara hak dan kewajiban individu akan terlihat sangat timpang. Prinsip yang banyak digunakan dalam mengelola sumberdaya manusia adalah pekerja yang membutuhkan perusahaan bukan hubungan yang timbal balik yang saling menguntungkan keduanya, sehingga faktor kepuasan pekerja jarang sekali diperhatikan.

Dalam suatu manajemen perusahaan terdapat unsur-unsur penyusun yang terdiri atas sumberdaya manusia yang diharapkan dapat bekerja sama satu sama lain. Kenyataan ini menunjukkan bahwa proses yang berjalan dalam suatu manajemen akan lebih banyak melibatkan faktor emosi dan kejiwaan seseorang. Faktor ini bisa dianggap sebagai suatu variabel yang bersifat fluktuatif tergantung dari pribadi dan lngkungan dimana suatu individu berada, sehingga dapat dikatakan bahwa suatu perusahaan sebenarnya mempunyai nyawa dan jiwa. Nyawa yang menentukan mati hidupnya suatu perusahaan akan sangat tergantung dari kemampuan individu sebagai unsur penyusun untuk bertahan dalam menghadapi persaingan. Jiwa erat sekali hubungannya dengan faktor psikologis dari individu di dalamnya. Suatu perusahaan akan dapat bertahan jika jiwanya terjaga dalam kestabilan, sehingga hal yang mutlak diperhatikan adalah faktor kejiwaan dari masing-masing individu di dalamnya. Hal ini akan dapat diraih jika semua komponen secara individu (internal) dapat terpuaskan. Tidak seimbangnya nilai kepuasan tersebut akan membuat suatu perusahaan mudah roboh karena rapuhnya pondasi yang menopangnya. Sudah selayaknya suatu perusahaan pada era globalisasi ini mulai memberikan sentuhan humaniora dalam menerapkan manajemennya agar perusahaan tersebut dapat terasa hidup dengan nyawa dan jiwa dari individu yang berada di dalamnya.

Anda menyukai artikel ini, silakan klik tombol oranye ini  Subscribe in a reader

Artikel Terkait :

  1. Manajemen dengan Sentuhan Humaniora - 1
  2. Manusia, Interaksi dan Perkembangannya - 3
  3. Manusia, Interaksi dan Perkembangannya - 2
  4. Manusia. Interaksi dan Perkembangannya - 1