Senin, 28 April 2008

Manusia, Interaksi dan Perkembangannya - 2

Seperti telah disebutkan pada pembahasan sebelumnya manusia selalu membuat perubahan sebagai wujud penyempurnaan dari apa yang telah dihasilkan sebelumnya termasuk dalam hal organisasi dan manajemen. Manusia mulai menyadari bahwa konsep yang telah dibuatnya tersebut ternyata berimplikasi pada berkurangnya makna eksistensi yang sebenarnya dari manusia itu sendiri. Struktur, hirarki serta aturan-aturan yang diterapkan pada konsep organisasi dan manajemen rupanya telah membuat manusia terperangkap dalam kelas-kelas sosial yang berbeda satu sama lain.

Pengertian manusia seutuhnya yang pada dasarnya bebas untuk mengekspresikan diri melalui akal, jiwa dan rohaninya tanpa terkungkung oleh aturan dan hirarki semakin lama semakin kabur dalam kondisi tersebut.


Pengaburan makna eksistensi manusia seutuhnya tidak hanya terjadi pada suatu komunitas tertentu tapi juga semakin meluas pada wilayah yang lebih besar. Era imperialisme, dimana bangsa yang tingkat penguasaan teknologinya lebih tinggi mulai menindas bangsa lain yang sumberdaya alamnya melimpah. Perbedaan kelas dalam masyarakat saat itu sangat jelas terlihat antara kaum penindas dan yang tertindas dalam hal penerimaan hak dan kewajibannya sebagai manusia. Pada era ini dapat dikatakan bahwa kemajuan teknologi banyak dijadikan sebagai ujung tombak dalam proses pembodohan masyarakat yang tertindas dengan mengaburkan nilai-nilai kemanusiaan yang hakiki. Gambaran sosial ini bahkan berlangsung hingga ratusan tahun sampai manusia menyadari telah terjadi penyimpangan yang berarti pada makna manusia yang seutuhnya.

Pada dekade awal abad 20 keberadaan manusia mulai ditinjau kembali yang salah satu diantaranya melalui Deklarasi Universal Hak-Hak Asasi Manusi Perserikatan Bangsa-Bangsa Pasal 29 ayat 1 yang berbunyi, “ Setiap orang mempunyai kewajiban terhadap masyarakat dan hanya di situ ia dapat mengembangkan dirinya secara merdeka dan penuh “. Deklarasi tersebut mengisyaratkan bahwa bahwa manusia di dunia menyadari kekeliruan dan penyimpangan yang terjadi pada konsep humanisme selama ini dan perlu segera dikembalikan pada makna yang sesungguhnya.

Keadaan tersebut di atas ternyata mampu membawa pergeseran yang cukup berarti di berbagai hal dan bidang. Konsep-konsep dasar tentang organisasi dan manajemen mulai dikaji ulang, dimana eksistensi manusia dipandang sebagai salah satu faktor penentu keberhasilan dalam mencapai tujuan yang telah disepakati bersama. Manusia telah dianggap sebagai suatu variabel dalam suatu proses kegiatan yang pendekatannya berbeda dengan variabel-variabel lainnya.

Anda menyukai artikel ini, silakan klik tombol oranye ini  Subscribe in a reader

Artikel Terkait :

  1. Manajemen dengan Sentuhan Humaniora - 2
  2. Manajemen dengan Sentuhan Humaniora - 1
  3. Manusia, Interaksi dan Perkembangannya - 3
  4. Manusia. Interaksi dan Perkembangannya - 1