Senin, 19 Januari 2009

Memilih Politikus “Dalam Karung”


Menjelang pemilu yang tinggal beberapa saat lagi, di negeri ini banyak sekali bermunculan politikus baru yang mendeklarasikan dirinya sebagai ”pembela rakyat”. Ibarat sebuah panggung opera, negeri ini sedang mempersiapkan sebuah episode yang berjudul pesta demokrasi. Banyak pihak yang saling berebut untuk mendapatkan peran sebagai “pendekar-pendekar rakyat” agar mereka mendapatkan simpati dari para “penonton” opera tersebut.

Pesta demokrasi memang seakan memiliki daya tarik tersendiri bagi para politikus untuk mendeklarasikan dirinya sebagai “pejuang rakyat”. Kenyataan ini memang tidak dapat dipungkiri, karena berdasarkan konstitusi rakyatlah sebagai pemegang kedaulatan tertinggi di negeri ini. Rakyat memang pemilik negeri ini dan untuk mengelolanya, konstitusi telah mensyaratkan adanya wakil-wakil rakyat.


Untuk menjadi wakil rakyat tentu saja harus memiliki kriteria dan kualitas yang benar-benar bagus agar segala aspirasi rakyat negeri ini dapat tersalurkan secara tepat. Menjadi wakil rakyat bukanlah tugas yang ringan karena menyangkut sebuah amanat. Menjadi wakil rakyat bukanlah sebuah perjuangan untuk mendapatkan “jatah kue” kekuasaan. Menjadi wakil rakyat janganlah dijadikan sebagai ajang penumpukan kekayaan pribadi. Menjadi wakil rakyat merupakan tugas berat karena menuntut kemuliaan akhlak agar dapat mengemban amanat rakyat yang diberikan kepadanya dan menyangkut pertanggungjawaban dunia dan akhirat.

Tapi entah mengapa, dalam beberapa era pemilu yang sudah dan akan berlangsung di negeri ini, posisi sebagai wakil rakyat tersebut telah menjadi sebuah jabatan yang menggiurkan bagi berbagai pihak untuk meraihnya. Hakikat sesungguhnya dari tugas dan tanggung jawab seakan telah terlupakan. Saat ini posisi tersebut merupakan sebuah jabatan yang dianggap dapat mengantarkan kejayaan pribadi seseorang. Faktor inilah yang barangkali telah menjadi stimulant banyaknya politikus baru dari berbagai golongan yang ingin menjadi wakil rakyat.

Pertanyaan mendasar yang perlu direnungkan, apakah rakyat telah mengetahui/mengenal secara mendalam kriteria dan kualitas serta akhlak para calon wakil rakyat tersebut? Jika jawabannya tidak, maka keadaan ini sangatlah memprihatinkan bagi negeri ini. Terlalu ironis, jika dalam beberapa era pemilu yang sudah dan akan berlangsung di negeri ini rakyat terus-menerus ”dipaksa” untuk memilih para calon wakilnya tanpa mengenal dan mengetahui kualitas dan akhlaknya. Pilihan yang diberikan kepada rakyat terlalu banyak dan kebanyakan bukanlah pilihan yang dikenalnya, meskipun para politikus tersebut telah mendeklarasikan sebagai penyalur aspirasi rakyat.

Pemilihan calon wakil rakyat ini janganlah diangap seperti memberikan pertanyaan dengan sistem ”multiple choice” dimana rakyat bisa memberikan jawabannya secara spekulasi terhadap salah satu pilihan jawaban tersebut jika tidak mengetahui jawabannya. Kualitas dan akhlak calon wakil rakyat bukan sebagai ajang spekulasi, tapi menyangkut masa depan negeri ini. Janganlah pemilu di negeri ini dirancang sebagai ”karung” sebagai media untuk menempatkan para ”politikus” yang tidak jelas kualitas dan moralnya sebagai calon wakil rakyat. Dan janganlah, rakyat di negeri ini dipaksa untuk memilih para ”politikus” dengan penuh spekulasi karena calon wakil rakyat itu terbungkus dalam karung.

Anda menyukai artikel ini, silakan klik tombol oranye ini Subscribe in a reader

Artikel Terkait :

  1. Politikus Di Negeri Ini Mendadak Ingin Jadi Selebriti
  2. Politik Hitung Dagang
  3. Kampanye Politik Bertumbal Rakyat
  4. Iklan Kampanye
  5. Politikus Kutu Loncat
  6. Bolehkah Akoe Mencalonkan Diri Sebagai Presiden?
  7. Kembalikan Tahta Kedaulatan Negeri-koe Kepada Rakyat
  8. Semoga KPK (Komisi Pemberantasan Korupsi) Masih Punya Nyali ....
  9. Saat Ini, Negeri-koe Butuh Seorang Pemimpin Bukan Seorang Presiden
  10. Musim Partai dan Partai Semusim di Negeri-koe
  11. Jelang Pemilu, di Negeri-koe Banyak Orang Peduli Rakyat
  12. Demonstrasi Tanpa Anarkisme
  13. My Country is Too Many Misteries
  14. Benarkah Korupsi Sudah Menjadi Sebuah Industri Baru di Negeri Ini ?
  15. Make Indonesia to Peaceful !!!
  16. lima sunyi ditanah bising
  17. ketika reformasi di negeri ini telah terhenti